KONSEP DEFINISI INTERAKSI SOSIAL, INFORMASI, DAN POLA-POLANYA
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi Sosial dan
Interaksionisme Simbolis
Interaksi Sosial
Sejumlah pakar sosiologi melakukan studi terhadap interaksi sosial,
hal ini sesuai dengan pandangan bahwa pokok pembahasan sosiologi adalah
tindakan sosial. Dalam perkembangannya
sosiologi juga mempelajari kehidupan sehari-hari (the sociology of everyday situations). Sosiologi juga mempelajari
hubungan familiar serta hubungan praktis-realistis, seperti :
-
hubungan
dokter dan juru rawat
-
hubungan
pengemudi dengan penumpang
-
pelaku
para pejalan kaki saat berpapasan
-
interaksi
antara atasan dan bawahan
Interaksionisme
Simbolis
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan
pendekatan interaksionisme simbolik, dimana kata simbolis mengacu pada
penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.
Apakah yang dimaksud dengan simbol ?
Simbol merupakan sesuatu yang nilai/maknanya
diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna suatu simbol,
hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non sensoris dan cara-cara simbolis.
Misalnya :
Merah dapat berarti : berani, kaum merah (komunis), tempat pelacuran
(daerah lampu merah).
Warna-warna tersebut tidak ada kaitannya dengan
sifat-sifat intrinsik pada warna tersebut tetapi hanya sama dengan sesuatu yang
lain.
Menurut Hebert Blumer, pokok interaksionisme
simbolik ada tiga :
-
manusia
bertindak (act)
-
terhadap
sesuatu (thing)
-
atas
dasar makna (meaning) yang dipunyai
sesuatu tersebut (thing) baginya
Dengan demikian tindakan (act) seseorang penganut Agama Hindu di India terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan
penganut Agama Islam di Indonesia karena masing-masing orang tersebut memiliki
makna berbeda terhadap sapi (meaning).
Selanjutnya Blumer menyatakan bahwa makna yang dipunyai tersebut berasal atau
muncul melalui interaksi sosial.
Pada pokok pikiran berikut, Blumer mengatakan
bahwa makna diperlakukan atau dirubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan
seseorang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Apakah seseorang akan
menanggapi ucapan ”selamat pagi”, misalnya akan sangat tergantung pada
penafsirannya apakah si pemberi salam beritikad baik atau buruk.
Beberapa Aturan Interaksi
Aturan-aturan apa sajakah yang menuntun perilaku
manusia dalam berinteraksi ?
Dalam bukunya Symbols, Selves,
and Society : Understanding Interaction David A. Karp dan W.C. Yoels
(1979) menyebutkan tiga jenis aturan :
- Aturan mengenai ruang
- Aturan mengenai waktu, dan
- Aturan mengenai gerak dan sikap tubuh
Dalam bukunya The
Hidden Dimension (1982) Hall menyimpulkan bahwa dalam situasi sosial
orang cenderung menggunakan empat macam jarak, yaitu :
- Jarak Intim (intimate distance)
- Jarak Pribadi (personal distance)
- Jarak Sosial (social distance)
- Jarak Publik (public distance)
Masing-masing jarak dibagi lagi dalam dua tahap,
yaitu tahap dekat dan tahap jauh.
Jarak
Intim (0 - 45 cm)
Keterlibatan dengan tubuh orang lain, disertai
keterlibatan intensif dari pancaindera : penglihatan, bau badan, suhu badan,
suara, sentuhan kulit, hembusan nafas. Interaksi pada jarak ini misalnya orang
yang sedang bercinta, olahraga gulat, dll. Dalam pengamatan sering dijumpai
seorang wanita bergerak menjauhi pria yang terlalu dekat dengannya. Ini berarti
bahwa ia tidak menghendaki orang lain dalam ruang intimnya. Manakala seseorang
terpaksa berada dalam jarak intim misalnya dalam kendaraan umum, orang akan
berusaha membatasi kontak tubuh dan kontak pandangan dengan orang di
sekitarnya.
Jarak
Pribadi (45 – 122 cm)
Interaksi ini banyak dijumpai pada orang-orang
yang mempunyai hubungan dekat, misalnya suami istri. Interaksi pada tahap jauh
pada jarak ini misalnya pada orang yang senam bersama. Pada jarak ini
rangsangan pada pancaindra sudah mulai berkurang.
Jarak
Sosial (122 – 366 cm)
Interaksi berjalan normal dan tidak saling
menyentuh. Tahap dekat pada jarak ini dijumpai dalam pertemuan santai atau
terlibat urusan informal. Sedangkan tahap jauh, dijaga di antara orang yang
terlibat hubungan secara formal.
Jarak
Publik ( di atas 366 cm)
Interaksi ini banyak dijumpai oleh orang-orang
yang harus tampil di depan umum seperti politikus dan aktor.
Catatan : Jarak tersebut di atas tidak berlaku
secara mutlak bagi kelompok masyarakat, golongan, suku bangsa maupun bangsa
yang berbeda.
Berkenaan
dengan waktu
Para ahli sosial mencatat bahwa dalam masyarakat berbeda
dijumpai ketiadaan orientasi waktu yang sering disebut ”jam karet”
seperti : jam pertunjukan, seminar, rapat, jadwal penerbangan, dll. Bagi
seseorang yang kebudayaannya memberi arti penting pada aturan ketepatan waktu,
terlambat pada suatu pertemuan dapat dianggap sebagai penghinaan atau tidak
memiliki rasa tanggung jawab.
Komunikasi
Non Verbal
Menurut Hall (1971) dalam interaksi kita
tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga yang
dilakukannya. Komunikasi non verbal atau bahasa tubuh sudah ada sebelum ada
bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajari manusia.
Dalam keseharian dapat dijumpai komunikasi tanpa
mengucapkan kata-kata. Dengan gerak tangan atau sikap tubuh seperti : mata
mengedip, menjulurkan lidah, mengacungkan ibu jari, mengangkat bahu,
membungkukkan badan, mengangguk, mengernyitkan dahi, misalnya orang dapat
menyatakan berbagai perasaan seperti : perasaan cinta, cemooh, ketidaktahuan,
hormat, menantang, kagum, tidak senang, perseteruan.
Interaksi dan Informasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu pernah
mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang asing, ataupun orang-orang yang
tidak kita kenal. Di lingkungan keluarga, tetangga sekolah maupun tempat
bekerja, kita relatif mudah menjalin komunikasi. Kedua contoh kasus di atas
disebabkan oleh sedikit/banyaknya informasi orang yang kita jumpai.
Menurut Karp dan Yoels (1979) kekurangan informasi orang yang
tidak dikenal dapat diatasi melalui sumber-sumber informasi yang diwarisi sejak
lahir seperti :
-
ras
-
usia
-
jenis
kelamin
-
penampilan
-
daya
tarik fisik
-
bentuk
tubuh
-
cara
berbusana, dan
-
percakapan
·
Dalam
masyarakat yang mengenal diskriminasi, interaksi tergantung pada warna kulit
yang berinteraksi. Orang kulit putih
menganggap lebih unggul dari orang kulit hitam. Orang kulit putih akan
menghargai orang kulit putih meskipun posisinya jauh lebih rendah darinya.
Sedangkan orang kulit hitam tidak dihargai meskipun posisinya jauh lebih tinggi
darinya.
·
Dalam
masyarakat interaksi dengan orang yang lebih tua seperti ibu, ayah, kakek,
nenek, paman, bibi akan berbeda dengan interaksi dengan teman sebaya atau yang
lebih muda, seperti : adik, anak, kemenakan, dan cucu.
·
Jenis
kelamin juga memengaruhi interaksi. Dalam percakapan di kalangan pria kita
sering membahas pengalaman di bidang seks atau kata-kata makian yang tidak
dilakukan manakala pembicaraan itu dihadiri wanita. Ahli lain menyatakan bahwa
ketidakjelasan mengenai jenis kelamin juga mempersulit interaksi, misalnya pada
saat kita berpapasan dengan waria apakah kita harus menyapa : Pak, Bu, Mas,
atau Mbak.
·
Hasil
penelitian Karp dan Yoels memperlihatkan bahwa penampilan juga memengaruhi
interaksi, orang yang berpenampilan menarik lebih mudah mencari pasangan, dan
orang yang kurang menarik mengeluh karena mengalami kesulitan dalam pergaulan.
Hasil penelitian tersebut diimplementasikan melalui media cetak khususnya :
Biro kontak jodoh serta iklan lowongan pekerjaan dimana syarat penampilan (menarik,
manis) menjadi salah satu syarat yang diinginkan.
·
Dalam
berinteraksi orang sering cenderung mengaitkan antara bentuk tubuh dengan watak
seseorang, seperti :
a. Orang berbentuk Endomorph (bulat,
gemuk) diangggap memiliki watak tertentu antara lain : tenang, santai dan
pemaaf.
b. Orang berbentuk Mesomorph (atletis
dan berotot) berwatak : dominan, yakin, aktif, dan
c. Orang berbentuk Ectomorph (tinggi,
kurus) berwatak tenang dan pemalu.
·
Pengalaman
sehari-hari menunjukkan bahwa orang berbusana pakaian resmi, akan diperlakukan
berbeda dengan orang yang bepakaian santai (T-Shirt dan blue jeans) oleh
petugas kantor ataupun tempat hiburan. Seseorang yang berbusana eksekutif akan
diperlakukan berbeda dengan seorang pelayan berseragam di sebuah restoran.
Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa pakaian merupakan faktor dalam suatu interaksi.
·
Ucapan
yang dilakukan seseorang dalam suatu percakapan dapat menunjukkan status si
pembicara, misal :
-
Saya
tidak hadir rapat karena dipanggil Pak
Menteri
-
Tas
ini saya beli di Roma
-
Sabtu pagi saya selalu main golf
-
Saya harus menghadap ke istana
Lingkup dan Tahapan
Interaksi
Anda memasuki sebuah Perguruan Tinggi bersama-sama
ratusan atau bahkan ribuan lulusan Sekolah Lanjutan Atas. Dari sekian ratus
yang memilih jurusan yang sama, berapa orang yang Anda kenal secara intim, anda
kenal secara sambil lalu, atau bahkan belum atau tidak anda kenal sama sekali
dan mungkin juga tidak akan pernah anda
kenal.
Pertanyaan-pertanyaan di atas dimaksudkan
untuk membuat anda sadar bahwa sebenarnya ruang lingkup interaksi cukup luas,
mulai dari interaksi antara orang yang saling mengenal secara intim hingga
interaksi orang yang saling tidak mengenal.
Tahapan
interaksi dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
- Tahap-tahap yang mendekatkan peserta interaksi
- Tahap-tahap yang menjauhkan peserta mereka
-
Tahap-tahap yang mendekatkan dirinci menjadi :
- Tahap memulai (initiating)
- Menjajaki (experimenting)
- Meningkatkan (intensifying)
- Menyatupadukan (integrating), dan
- Mempertalikan (bonding)
Ilustrasi :
Pada saat menjadi mahasiswa
baru, anda memulai dan menjajaki dengan teman seangkatan melalui tegur-sapa
yang diikuti obrolan asal SMA, kota asal, hobi, dll. Hasil penjajakan ini
dijadikan untuk memutuskan apakah hubungan tidak perlu dilanjutkan, perlu
dilanjutkan seperti sekarang atau harus ditingkatkan. Tahap penyatupaduan
merupakan suatu tahap antara yang menjembatani peningkatan hubungan tahap
pertalian. Pada tahap ini masing-masing pihak mulai merasakan dirinya sebagai
bagian dari suatu kesatuan, dan pihak luarpun mulai memperlakukan kedua
individu sebagai suatu kesatuan. Pertalian
merupakan tahap terakhir dalam proses interaksi yang mempersatukan, dan
ditandai diresmikannya pertalian yang terjalin oleh masyarakat. Peresmian
mencerminkan dukungan masyarakat terhadap hubungan berupa pernikahan yang
memperkuat ikatan hubungan tersebut dan mempersulit masing-masing untuk menarik
diri dari hubungan.
-
Tahap-tahap yang menjauhkan dirinci
menjadi :
a. Membeda-bedakan (differentiating)
b. Membatasi (circumscribing)
c. Memacetkan (stagnating)
d. Menghindari (avoid)
e. Memutuskan (terminating)
Ilustrasi :
Peregangan hubungan biasanya
diawali dengan tahap membeda-bedakan. Apa yang biasanya dikerjakan bersama
mulai ditinggalkan. Ke-aku-an mulai ditonjolkan, dan toleransi mulai menurun.
Tahapan berikut adalah kegiatan membatasi. Pada tahap ini hubungan mulai dibatasi,
pembicaraan lebih dangkal/sempit, komunikasi mulai bersifat disosiatif. Suatu
pernyataan ditanggapi dengan bantahan, sanggahan, keluhan, larangan, perintah.
Pada tahap memacetkan, komunikasi macet. Bila ada komunikasi dilakukan karena
terpaksa dan dilakukan dengan sangat hati-hati. Perbedaan kedua pihak telah
jauh/besar sehingga untuk membicarakan hal yang paling sederhanapun
masing-masing pihak ragu-ragu karena khawatir terjadi benturan. Para pelaku
yang telah macet hubungannya bilamana berada di tempat yang sama mereka akan
saling menghindari. Kontak rutin semakin berkurang dan ahirnya terhenti,
mula-mula dengan berbagai alasan akhirnya tidak disertai alasan apapun.
Sedangkan tahap terakhir dalam kerenggangan adalah tahap pemutusan hubungan. Pada
tahap ini pemutusan dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan
pemisahan diri. Dengan adanya jarak, komunikasi diharapkan terhalang. Dengan
berlangsungnya pemisahan diri masing-masing pihak diharapkan dapat meneruskan
hidupnya tanpa kehadiran pihak lain.
Kesimpulan
Melalui tahapan yang mendekatkan dan tahapan yang
menjauhkan, interaksi digambarkan seperti jenjang-jenjang pada anak tangga.
Kita dapat bergerak ke atas hingga puncak anak tangga (pertalian), kita dapat
turun ke bawah sampai anak tangga terendah (pemutusan hubungan). Tetapi kita
juga bisa berhenti pada satu anak tangga tanpa bergerak naik atau turun tangga.
Kembali pada contoh mahasiswa baru seangkatan Anda, sebagian ada yang tidak
dikenal, sebagian dikenal sepintas lalu, dan mungkin saja ada yang menjadi
sahabat bahkan kekasih atau teman hidup. Atau dalam visualisasi lain interaksi
laksana riwayat hidup manusia; tahap kelahiran, masa anak-anak, masa remaja,
masa dewasa, masa manula, dan kematian.
Catatan
:
Pentahapan interaksi di atas didasarkan pengalaman
kebudayaan Barat dan tidak menutup kemungkinan urutan tahapan berbeda dengan
kebudayaan lain. Kita mengenal masyarakat yang di dalamnya ada hubungan
pernikahan yang bukan merupakan peresmian hubungan ”cinta kasih” yang telah
mereka jalin, melainkan merupakan hasil kesepakatan pihak pria dan wanita
berdasarkan pengarahan dari rekan sekelompok, kesepakatan kedua belah pihak
atau berdasarkan ketentuan hukum adat (Batak). Dalam masyarakat demikian pada
saat pernikahan bisa terjadi kedua mempelai belum saling mengenal, sehingga
urutan tahap hubungan pun bisa berbeda. Tahap pertalian mendahului tahap
memulai, penjajakan, peningkatan hubungan dan penyatupaduan.
Komentar
Posting Komentar