KONSEP PERUBAHAN SOSIAL MENURUT AHLI
PERUBAHAN SOSIAL
Arti
Dan Perubahan Sosial
Dalam hidup bermasyarakat, dinamika
masyarakat selalu terjadi, Salah satu bentuk dinamika masyarakat adalah
perubahan sosial. Norma dijadikan sebagai pedoman perilaku. Akan tetapi, orang
tidak dapat terus-menerus berpedoman pada satu norma saja. Pertama, individu
itu dinamis (cenderung berkembang dan berubah), antara lain karena bertambahnya
usia, semakin tingginya pendidikan, bertambahnya pengalaman, dan adanya
peristiwa-peristiwa traumatik atau yang memuaskan. Kedua, lingkunganpun
berubah (dengan ditemukannya ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin
canggihnya sarana komunikasi, dan lain-lain). Misal, dulu belum ada keluarga
berencana, telepon genggam dan faksimil, televisi, pesawat terbang, dan wanita
yang bersekolah sekarang semuanya sudah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari.
Salah satu penelitian mengenai perubahan
norma mengungkapkan bahwa dulu masalah khitan tidak pernah dipersoalkan, tetapi
sekarang diperdebatkan dari sudut agama, kesehatan, hak asasi anak, dan
sebagainya (Aldeeb, 1994). Penelitian
lain juga mengungkapkan bahwa lulusan wanita dari Radcliff College, AS,
angkatan 1964 lebih meragukan peran wanita dalam perkawinan daripada lulusan
wanita angkatan 1947 dari college yang sama (Stewart & Ostrove,
1993).
Dalam kehidupan sehari-hari perubahan norma
dapat kita lihat, misalnya dalam peningkatan usia perkawinan, hubungan
pria-wanita yang lebih longgar dan semakin serba boleh, kecepatan maksimum
kendaraan di jalan raya (dulu 60 km, sekarang 100 km), semakin banyaknya
jabatan yang dapat diisi oleh wanita, dan berbagai perubahan peraturan dalam
tata-niaga, perbankan dan perekonomian, perubahan peraturan pemakaian radio
amatir.
Perubahan-perubahan norma itu, yang semula
berawal dari perubahan individu, pada gilirannya juga berpengaruh kembali pada
perubahan individu itu sendiri. Jadi, perubahan sosial pada hakikatnya adalah
kombinasi antara perubahan individu dan perubahan norma. Pendapat dan temuan
para pakar mengenai hubungan antara perubahan individu dan perubahan sosial ini
antara lain sebagai berikut:
1.
Menurut Smelser & Smelser
(1990), perubahan sosial terjadi di berbagai tingkat, mulai dari tingkat
pribadi, tingkat keluarga, lingkungan kecil sampai bangsa dan dunia. Tiap tahap
ditandai oleh interaksi antara perubahan pribadi dan perubahan lingkungan. Kita
harus mempelajari keduanya dan interaksi antar keduanya untuk dapat
memperkenalkan perubahan sosial. Misalnya, wanita mengusahakan peningkatan
derajat melalui berbagai proses dan kelompok. Mulai dari usaha pribadi
(melarikan diri dari rumah, bersekolah, dan sebagainya), melibatkan
wanita-wanita lain (organisasi wanita), sampai melibatkan organisasi-organisasi
sosial, politik, keagamaan, pendidikan, organisasi campuran laki-perempuan, dan
sebagainya (Mome, 1991).
2.
Ibu-ibu muslim di Inggris,
walaupun mereka sendiri tidak sempat mengecap pendidikan tinggi, mengusahakan
agar anak-anak perempuan mereka mendapat pendidikan yang lebih tinggi dari
mereka sendiri (Osler & Hussain,1995).
3.
Di Ghana (Afrika), Islam
merupakan jembatan dari pengobatan tradisional ke pengobatan modern (Barat)
karena masyarakat mengidentifikasikan diri pada Islam dan Islam memperkenalkan
pengobatan modern (Kirby, 1993).
4.
Keluarga-keluarga muslim di
Malaysia, berada dalam konflik antara nilai-nilai adat, Islam, Cina, India, dan
Eropa di lingkungan mereka sendiri (Kling,
1995).
5.
Dalam keadaan ragu atau
kehilangan pedoman atau identitas diri diperlukan discounting, yaitu
pengabaian ciri-ciri kelompok walaupun masih mempertahankan identitas
kelompoknya melalui hal-hal berikut:
a.
Paksaan: misalnya harus tetap
Islam walaupun ikut KB (pada masyarakat tertentu ciri Islam adalah tidak setuju
KB).
b.
Pengecualian: dalam keadaan
darurat boleh dilakukan sesuatu yang lazimnya dilarang, misalnya boleh ber-KB
karena keadaan darurat walaupun Islam tetap melarangnya.
c.
Pengingkaran (denial):
mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadis untuk membuktikan bahwa Islam
pro-KB, tidak anti-KB.
d.
Penyembunyian (concealment):
menyembunyikan hal-hal yang mendukung bahwa Islam anti-KB.
6.
Dalam
proses perubahan ini diperlukan pemimpin yang kuat untuk mempertahankan
integrasi kelompok selama masa peralihan (Pestello,
1991). Di pihak lain, pemimpin yang kuat tidak berarti pemimpin yang terlalu
ketat, kaku, dan otoriter. Kendali yang terlalu kuat dari pemimpin dalam
menghadapi perubahan sosial dapat menyebabkan anggota kelompok berontak seperti
yang terjadi pada anak-anak remaja yang memberontak pada orang tuanya yang
terlalu keras (Franklin & Steeter,
1992).
7.
Prinsip
untuk menjaga keutuhan dan stabilitas kelompok untuk jangka panjang dalam
menghadapi perubahan sosial dan perubahan norma-norma yang terlalu cepat adalah
harus selalu terbuka untuk negosiasi dengan anggota-anggota kelompok.
Pendekatan yang terlalu menekankan pada nostalgia dan tradisional (upacara,
ritual, kebiasaan, kenang-kenangan, dan lain-lain) harus diimbangi dengan
pemberian kesempatan pada setiap individu untuk memilih alternatifnya sendiri (Settees, 1993).
Komentar
Posting Komentar