MAKALAH KONFORMITAS DAN PENYIMPANGAN
KONFORMITAS DAN PENYIMPANGAN
Konformitas
Konsep konformitas berhubungan
erat dengan sosialisasi, sebab proses sosialisasi menghasilkan konformitas. Konformitas
didefinisikan Shepard sebagai bentuk
interaksi yang didalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai
dengan harapan kelompok. Misalnya pria cenderung berperilaku sesuai dengan apa
yang diharapkan dari pria demikian juga wanita cenderung berperilaku sesuai
dengan apa yang diharapkan dari wanita. Hal ini terjadi melalui proses sosialisasi,
dimana sejak kecil orang tua sudah memperlakukan bayi laki-laki dan perempuan
dengan perlakuan yang berbeda. Seperti pembedaan baju dan jenis permainan.
Dengan proses ini ditanamkan si anak konform terhadap peranan sebagai anak
perempuan atau anak laki-laki sesuai dengan harapan masyarakat.
Pada umumnya kita cenderung
bersifat kompromis. Berbagai studi memperlihatkan bahwa manusia mudah
dipengaruhi orang lain. Salah satu diantaranya adalah studi Muzafer Sherif yang membuktikan bahwa
dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial.
Contohnya:
pada saat memberikan sumbangan untuk kegiatan 17 agustus, dimana jumlah donasi
pada daftar sumbangan akan relatif sama karena orang-orang yang menyumbang akan
cenderung melihat besar donasi yang diberikan oleh penyumbang-penyumbang sebelumnya.
Penyimpangan
Vander
Zanden (1979)
mendefinisikan penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas toleransi. Dalam tiap masyarakat
kita selalu menjumpai adanya anggota yang menyimpang. Misalnya kita pasti akan
menjumpai adanya anak perempuan yang berperilaku sebagai anak laki-laki
(tomboy) atau sebaliknya laki-laki yang berperilaku mirip perilaku perempuan
(sissy).
Menurut Komblum (1989), di samping penyimpangan (deviance) dan penyimpang (deviant)
kita menjumpai pula institusi menyimpang (deviant
institution). Misalnya kejahatan terorganisir, komplotan pencuri kendaraan
bermotor, sindikat peredaran narkoba, sindikat pemalsu paspor.
Definisi Sosial Penyimpangan
Menurut para ahli sosiologi
penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada bentuk perilaku tertentu,
melainkan diberi ciri penyimpangan melalui definisi sosial.
Contoh: seorang pria akan dianggap melakukan
penyimpangan bilamana mengenakan pakaian renang pada saat resepsi. Namun hal
tersebut menjadi wajar ketika pria tersebut mengenakan celana renang di kolam
renang. Jadi tercela atau tidaknya suatu perbuatan tidak melekat pada perbuatan
itu sendiri melainkan tergantung pada definisi sosial.
Teori Mengenai Penyimpangan
Dalam sosiologi dikenal
berbagai teori untuk menjelaskan mengapa penyimpangan terjadi.
a. Sutherland dengan teori differential association mengatakan, penyimpangan bersumber pada
pergaulan yang berbeda, dan melalui proses alih budaya seseorang mempelajari
sub kebudayaan yang menyimpang. Misalnya proses mengisap ganja (marijuana).
b. Lamert dengan teori labelling mengatakan seseorang menjadi penyimpang karena proses
pemberian julukan, cap, etiket, merk oleh masyarakat kepadanya. Misalnya
pencuri, pemerkosa, penipu, dsb.
c. Merton
(1965) mengemukakan bahwa
struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi
menghasilkan pula perilaku menyimpang; struktur sosial menciptakan keadaan yang
menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial; menekan orang tertentu ke arah
perilaku nonkonform. Merton mengidentifikasikan
lima tipe adaptasi individu terhadap situasi tertentu; confotmity (konformitas),
innovation (inovasi), ritualism (ritualisme), retreatism, rebellion (pemberontakan);
empat diantaranya merupakan perilaku menyimpang. Pada konformitas perilaku
mengikuti tujuan masyarakat, dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat
untuk mencapai tujuan tersebut; pada inovasi perilaku mengikuti tujuan
masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang masyarakat; pada ritualisme,
perilaku pada cara-cara yang digariskan masyarakat; dan pada retreatism, seseorang tidak mengikuti
tujuan budaya dan juga tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya. Pada
pemberontakan sebagai bentuk adaptasi terakhir, orang tidak lagi mengakui
struktur sosial yang ada dan berupaya menciptakan suatu struktur sosial yang
lain. Tujuan budaya yang ada dianggap sebagai penghalang bagi tujuan yang
didambakan.
d.
Durkheim dengan teori
fungsi mengatakan bahwa keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota
masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda yang dipengaruhi
oleh: faktor keturunan, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Dengan
demikian akan ada orang bersifat jahat dan kejahatan perlu bagi masyarakat,
karena dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara
normal.
e.
Marx dengan teori
konflik, di lain pihak, mengatakan bahwa apa yang merupakan perilaku
menyimpang didefinisikan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk
melindungi kepentingan mereka sendiri, dan bahwa hukum merupakan pencerminan
kepentingan kelas berkuasa.
Beberapa tipe kejahatan yaitu:
a. Kejahatan tanpa korban yang merupakan
kejahatan yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban. Misalnya adalah
berjudi, mabuk-mabukan, dan hubungan seks tidak sah. Walaupun sebenarnya ada
pihak-pihak yang menjadi korban yaitu pemabuk mungkin menyebabkan cedera pada
orang lain.
b. Kejahatan yang diorganisasikan ialah
komplotan berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan dengan jalan
menghindari hukum melalui penyebaran rasa takut atau melalui korupsi. Misalnya
pencucian uang, penyelenggaraan pelacuran, peminjaman uang dengan bunga tinggi,
dan monopoli secara tidak sah atas jasa tertentu.
c. Kejahatan kerah putih mengacu pada
kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau orang berstatus tinggi
dalam rangka pekerjaannnya. Misalnya: penghindaran pajak, penggelapan uang
perusahaan, penipuan.
d. Tindak pidana korporasi merupakan jenis
kejahatan yan dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan
keuntungan atau menekan kerugian. Tindak pidana dapat dibedakan menjadi empat
jenis yaitu:
·
Kejahatan
terhadap konsumen (misalnya: adanya kandungan berbahaya pada produk-produk
makanan tertentu).
·
Kejahatan
terhadap publik (misal: kebocoran gas berbahaya di sekitar pabrik )
·
Kejahatan
terhadap pemilik perusahaan (kegiatan memperkaya pemilih usaha sehingga
menyebabkan pemegang saham rugi),
·
Kejahatan
terhadap karyawan (misal: tidak adanya perlindungan pada buruh konstruksi).
Elite dan Massa
Elite (masalah kepemimpinan)
Diperintah
/ Yang Dipimpin
Pengertian Elite
ð Sekelompok orang yang dalam
masyarakat menempati kedudukan tinggi (umum).
ð Sekelompok orang terkemuka di bidangnya/golongan kecil yang memegang
kekuasaan (khusus).
Misal : - Ekonomi - Pemerintah - Militer
- Agama - Pendidik - Pekerjaan dinas
Penampilan Elite (Sebagai Minoritas)
a.
Menduduki posisi penting (poros
kehidupan masyarakat).
b.
Kedudukan mereka ditentukan
oleh keunggulan/keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan :
·
Fisik / Psikhis,
·
Material / Immaterial,
·
Herediter / Pencapaian.
c.
Memiliki tanggung jawab yang
lebih besar.
d.
Sebagai
konsekuensi logis poin a, b, c, para
elite memperoleh imbalan besar.
Elite sebagai Pemegang Strategi
a.
Elite
Politik (Berkuasa dalam mencapai tujuan, elite yang paling berkuasa disebut
“Elite segala Elite”).
b.
Elite Ekonomi,
Militer, Diplomatik, Cendekiawan ( Berkuasa di bidangnya).
c.
Elite
Agama, Pendidik, Filsuf, Pemuka masyarakat
d.
Elite
Pemberi Kebutuhan Psikologis.
seperti
: - Artis - Olahragawan
- Penulis - Tokoh
Hiburan
- Tokoh Film - Etc.
Massa
Digunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif (lain) yang elementer dan spontan
(dalam beberapa hal menyerupai CROWD, tetapi
secara fundamental berbeda dalam hal tertentu).
Massa : Diwakili oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku
massal, seperti :
-
terbangkitkan minatnya pada peristiwa nasional, menyebar ke beberapa
tempat.
-
tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan.
-
berperan serta dalam migrasi.
Hal-Hal yang Penting dalam Massa
1.
Keanggotaannya
dari semua lapisan masyarakat / berbagai strata.
2.
Merupakan kelompok yang anonim.
3.
Interaksi/tukar
pengalaman antar anggota sangat minim.
4.
Very Loosely Organized
Tidak terorganisasi /
tidak bisa bertindak secara bulat / kompak.
Peranan Individu dalam Massa
ð
Massa
terdiri dari individu yang tersebar luas.
ð
Massa
terbentuk dari object interest yang
menarik perhatian (object berasal
dari luar kebudayaan /kelompok).
ð Massa tersusun dari individu yang terlepas.
ð Dalam massa,
komunikasi berlangsung sangat terbatas.
ð
Anggota
massa bertindak secara terlepas sebagai individu.
Masyarakat dan Massa
Massa : Gambaran kosong
dari suatu masyarakat.
ð Tidak memiliki organisasi sosial,
ð Tidak ada lembaga, kebiasaan, dan tradisi,
ð Tidak memiliki aturan-aturan /ritual,
ð Tidak memiliki sentimen kelompok,
ð
Tidak
ada struktur status peranan,
ð Tidak mempunyai kepemimpinan yang mantap
(
massa: spontan, Orisinil, elementer).
Hakekat Perilaku Massa
ð Bentuk perilaku terletak pada garis aktifitas individu / bukan pada
tindakan bersama yang disebabkan oleh suatu interest tertentu.
ð
Bila
garis aktifitas bertemu, pengaruh massa bisa luar biasa.
Catatan :
Demo oleh massa, bisa berubah menjadi amuk massa.
Peranan Elite dalam Fungsi Sosial /
Moral
1.
Sebagai
lembaga kolektif : merupakan pencerminan kehendak masyarakatnya.
Elite berfungsi sebagai
: -
Penentu keputusan akhir,
-
Pendukung kekuatan moral,
-
Prototype masyarakat.
2.
Sebagai lembaga politik :
berperan untuk memajukan kehidupan masyarakatnya
(Cara : memberikan
kerangka-kerangka pemikiran secara konseptual).
3.
Dari segi fungsi moral :
memberi penghayatan tentang hakekat tujuan hidup / identitas hidup.
4.
Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pemuasan hedonik /
intrinsik khususnya yang berhubungan dengan masalah “emosi” ( biduan, komponis,
sastrawan, etc).
ð Elite berfungsi juga sebagai alat kontrol sosial.
Komentar
Posting Komentar