TEORI PRODUKSI DALAM EKONOMI
Oleh
Muchlis Husin, SE.,MA.
6.1 Pendahuluan
Produksi dan Fungsi Produksi
Produksi adalah mekanisme atau proses perubahan Input à
menjadi à output (bisa barang jadi atau setengah jadi)
Input atau faktor produksi yaitu berupa:
o
Bahan
baku untuk bahan produk tertentu (R)
o
Bahan penolong (auxiliary goods) à (R)
o
Tanah
(K)
o
Barang
modal (K)
o
Tenaga
Kerja (L)
o
Teknologi
(K) atau (T)
o
Hubungan
antara inputs dalam suatu proses produksi dijelaskan olah Fungsi Produksi.
Fungsi Produksi
Cobb-Douglass
Fungsi
Produksi dikemukakan oleh Cobb-Douglass dan menurut Cobb-Douglass fungsi produksi
menunjukkan hubungan antara berbagai input terhadap tingkat output. Sedangkan Teknologi Produksi
menunjukkan bagaimana kombinasi penggunaan input pada proses tertentu agar
jumlah produksi/ jumlah output maksimum.
Fungsi produksi hanya tergantung pada Labor (L) dan Mesin (K), jika disederhanakan
maka teknologi produksi dapat bersifat:
a. Labor intensive, lebih banyak
menggunakan tenaga kerja
b. Capital intensive, lebih banyak
menggunakan modal
Secara umum bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass dirumuskan sbb:
Q = f(
L, K, R, T ),
dimana
multiplier masing-masing faktor produksi adalah pangkat dari masing masing
variabel input.
Q = A Lα Kβ Rγ Tδ
dalam hal ini,
Q adalah total produksi atau output.
Dalam praktek sehari hari orang selalu melihat hubungan ini dalam asumsi
tertentu dan dalam bentuk yang sederhana. Bentuk sederhana fungsi Cobb-Douglass
adalah fungsi dengan 2 (dua) variabel input (tingkat dasar), yaitu:
Q = A La Kb, (
Rdan T dianggap citeris paribus)
Biasanya a + b adalah kecil
dari satu, karena Marginal Produktifitas masing masing faktor produksi menurun
bila penggunaan faktor produksi meningkat. Namun dalam arti yang lebih
luas, a + b mempunyai arti ekonomi khusus yaitu
o
bila a + b = 1, artinya à constant return to scale
o
bila a + b < 1, artinya à decreasing return to scale
o
bila a + b > 1, artinya à increasing return to scale.
6.2 Produksi
dengan 1 (satu) variabel.
1.
Total
Produksi
Misalkan disini kita melihat hubungan antara variabel
Tenaga Kerja (L) dengan total produksi dengan asumsi kapital (K) tetap. Dalam
hubungan ini kita melihat pertambahan T kerja semula menyebabkan pertambahan
total produksi yang besar, namun bila T kerja senantiasa ditambah, sesudah
level tertentu maka tambahan total produksi akan semakin
menurun. Hukum
ini disebut sebagai “the law
of diminishing marginal productivity or return” atau hukum lebih
yang semakin berkurang. Contoh à ( Lipsey 13rd edition p.158)
Tabel 7.
Pengaruh perubahan Tenaga kerja (L) terhadap Tingkat produksi (Q) suatu
jenis barang.
Tenaga Kerja
|
Total Produksi
|
Produksi Rata-Rata
|
Marginal Produksi
|
Tahap kegiatan Produksi
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
1
|
100
|
100
|
-
|
Tahap Pertama
|
2
|
300
|
150
|
200
|
|
3
|
600
|
200
|
300
|
|
|
|
|
|
|
4
|
880
|
220
|
280
|
Tahap Kedua
|
5
|
1 050
|
210
|
170
|
|
6
|
1 140
|
190
|
90
|
|
7
|
1 190
|
170
|
50
|
|
|
|
|
|
|
8
|
1 190
|
149
|
0
|
Tahap Ketiga
|
9
|
1 125
|
125
|
-65
|
|
10
|
1 035
|
103,5
|
-90
|
2.
Rata rata produksi per faktor produksi
a.
Rata rata produksi pertenaga kerja (APL) yaitu,
APL = Q /
L
b.
Rata-rata produksi perkapital (APK) yaitu,
APK = Q / K
3.
Marginal
produksi per faktor produksi ( MPL
& MPK )
Marjinal
produksi dari tenaga kerja (Marginal product
of Labor atau MPL) yaitu besarnya perubahan produksi yang
terjadi sebagai akibat dari pertambahan tenaga kerja, atau
MPL = dQ/dL = ΔQ/Δ L
dan pada sisi lain juga ada. Marjinal
produksi dari kapital (Marginal
product of Capital atau MPK) yaitu besarnya perubahan produksi sebagai akibat dari pertambahan
kapital, atau
MPK = dQ/dK = ΔQ/ΔL
Dalam kaitannya dengan total produksi, ada beberapa hal
yang perlu dicatat.
a.
Tahap
produksi
-
tahap I à pertambahan
L menyebabkan pertambahan Q yang besar
-
tahap
II à
pertambahan L menyebabkan pertambahan Q yang semakin kecil (diminishing)
-
tahap III à pertambahan L
justru menyebabkan pertambahan Q negatif
atau Q menurun. Analoog dengan ini, hukum ini juga berlaku untuk faktor
produksi kapital(K).
b.
Hubungan Tahapan produksi dengan APL dan MPL,
tahap I, yaitu mulai dari 0 sampai pada APL mencapai maksimum
1. Saat pergantian tahap I ke tahap II à APL
mencapai kondisi maksimum tahap II, yaitu mulai dari saat APL
mencapai maksimum, (dimana APL berpotongan dengan MPL)
sampai pada MPL mencapai nilai nol.
c.
Pada saat APL max, MPL berpotongan
dengan APL Tahap III, yaitu saat Total produksi mencapai nilai
produksi maksimum atau pada saat MPL mencapai nilai nol sampai
berikutnya. Disini ditunjukkan Q max
pada saat ΔQ/ ΔL = 0

Gambar 6. Kurva TP, MP, dan AP
6.3. Produksi dengan dua input variabel (L,K)
Dalam proses produksi, digunakan 2 faktor produksi, yaitu tenaga kerja (L)
dan kapital (K) sekaligus faktor yang lain dianggap citeris paribus. Kombinasi
ini akan menghasilkan produksi.
Contoh:
Tabel 8. Jumlah Tenaga kerja dan kapital yang digunakan untuk
memproduksi 1000 unit barang.
Kombinasi
|
Tenaga
Kerja (L)
|
Kapital
(K)
|
A
|
1
|
6
|
B
|
2
|
3
|
C
|
3
|
2
|
D
|
6
|
1
|
Dari
berbagai kombinasi L dan K , tingkat produksi adalah 1 000 unit.
6.3.1. Isoquan
Isoquant,
yaitu suatu kurva yang menunjukkan
berbagai kombinasi dari penggunaan input yang memberikan tingkat produksi (Q)
yang sama.

Gambar
7. Isokuan (Isoquant)
1)
Tingkat
substitusi input marjinal (Marginal Rate
of Technical Substitution/MRTS) à yaitu kesediaan produsen untuk
mengorbankan faktor produksi yang satu (K) demi menambah penggunaan faktor
produksi yang lain (L) untuk menjaga tingkat produksi pada isoquant yang sama. à Bisa MRTSL
dan MRTSK
a)
Tingkat
substitusi input marjina L untuk K
(MRTS L
à
K) menunjukkan jumlak K yang
bersedia dikorbankan untuk menambah L agar tetap berada pada isoquan yang sama.
MRTS (LàK)
= MPL/MPK.
b)
Isoquan mempunyai sifat yang sama dengan kurva
indiferen.
1.
Kurvanya mengarah dari kiri atas ke kanan bawah (
downward sloping)
2.
Semakin kekana menunjukkan tingkat produksi yang semakin
besar
3.
Kurva tdk boleh memotong salah satu sumbu
4.
Tidak boleh saling berpotongan
Pola produksi
bisa dikategorikan kepada 3 bentuk yaitu;
a.
Proporsional atau sebanding dalam penggunaan labor dan kapital
b.
Padat karya (labor intensive) yaitu dalam peningkatan
produksi lebih banyak menggunakan tenaga kerja
c.
Padat modal (capital intensive) yaitu lebih banyak
menggunakan kapital
Perubahan output karena perubahan skala penggunaan faktor produksi (Return to Scale) adalah konsep yang
menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor produksi dilipat gandakan
(diubah). Ada 3 jenis return to scale;
a.
Increasing
return to scale (skala menaik)
b.
Constant
return to scale (skala tetap)
c.
Decreasing
return to scale (skala menurun).
6.3.2. Kurva Biaya Sama (Isocost)
Isocost, yaitu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua jenis input yang digunakan/dibeli
dengan biaya yang sama.

Misal. Anggaran perusahaan = 50 juta
Upah tenaga kerja (wages = w) = 5 juta perbulan
Beli/sewa mesin (rent = r) =
10 juta perbulan
Pembayaran untuk tenaga kerja dan kapital tidak boleh
melebihi 50 juta, perusahaan akan menggunakan dana yang 50 juta untuk berbagai
kombinasi. Kemiringan/slope isocost ini
tergantung pada besarnya harga tenaga
kerja(upah) dan biaya modal (harga/sewa mesin). Keseimbangan produsen tercapai
pada saat Isoquant bersinggungan dengan Isocost.

Gambar
8. Keseimbangan Produsen
Pada keseimbangan, berlaku ketentuan

Titik-titik yang menghubungkan titik-titik keseimbangan produsen pada
tingkat MRTS yang konstan ini disebut garis Isoclin. Bila perubahan MRTS tidak konstan, maka
isoclin disebut sebagai alur ekspansi (expansion
path).
Komentar
Posting Komentar