MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“SEJARAH PERADABAN ISLAM”
Kata Pengantar
Puji
syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt. Karena hanya
dengan rahmat dan kuasaNya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Sejarah
Peradaban Islam”.
Makalah
ini dibuat sebagai bahan rujukan tugas Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik. Makalah ini membahas
tentang sejarah peradaban islam periode klasik, pertengahan, dan modern serta
gagasan pembaharuan dalam islam.
Penulis
berterima kasih juga pada semua pihak yang telah mendukung penulis dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini.
Jakarta,
4 Januari 2017
Kelompok
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui
bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril. Sejak saat itulah,Rasulullah SAW mulai menyebarkan agama Islam
ke seluruh penjuru dunia khususnya Jazirah Arab.
Agama Islam mulai berkembang semakin
pesat ke seluruh Arab Saudi, walaupun masih mendapat penolakan dan ancaman dari
para kaum kafir Quraisy. Dengan usaha keras dan pantang menyerah dari
Rasulullah SAW agama Islam telah menyebar ke seluruh penjuru Arab. Hingga
beliau wafat, perjuangan untuk menyiarkan dan mendirikan agama Islam tidaklah
berhenti begitu saja. Sepeninggalan beliau, perjuangan tersebut dilanjutkan
oleh para 4 khalifah yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khatab, Usman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka semua hanya mempunyai 1 tujuan yaitu
memperjuangkan agama Tauhid yaitu agama Islam.
Dalam sejarahnya Islam terbagi menjadi
ke dalam 3 periode yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang)
Sebagai umat Islam yang bertaqwa
kepada Allah SWT, maka kita haruslah juga mengetahui bagaimana perkembangan
Islam, terutama pada abad Pertengahan yang tentunya sangat berperan penting
dalam perkembangan agama Islam sampai sekarang ini.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
arti, kedudukan dan manfaat dari sejarah ?
1.2.2
Bagaimana
peradaban islam pada periode klasik, pertengahan dan modern?
1.2.3
Apa
hikmah mempelajari sejarah peradaban islam?
1.2.4
Bagaimana
gagasan pembaharuan dalam islam?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui arti, kedudukan dan manfaat
sejarah
1.3.2
Untuk
mengetahui peradaban islam pada periode klasik, pertengahan dan modern
1.3.3
Untuk
mengetahui hikmah mempelajari sejarah peradaban islam
1.3.4
Uuntuk
menngetahui gagasan pembaharuan dalam
islam
1.4 Manfaat Penulisan
Penulis berharap makalah
ini dapat dijadikan referensi atau penambah wawasan bagi para pembaca tentang sejarah peradaban islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Arti, Kedudukan, dan Manfaat Sejarah
Sejarah berasal dari kata arab الشجرة (al-syajarah) yang berarti pohon. Dalam
bahasa arab yang lain sejarahnya disebut tarikh, yang
menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti
“Keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau
pada masa yang masih ada”.
Dalam definisi yang paling umum kata history atau sejarah kini berarti masa
lampau umat manusia.
Peradaban
Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata Arab ini
sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa
sejarah peradaban islam adalah kejadian-kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabadikan di mana pada saat itu
Islam merupakan pokok kekuatan dan sebab timbulnya suatu kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu
pengetahuan yang maju dan kompleks.
Kedudukan sejarah peradaban
islam yaitu sebagai suatu ilmu atau disiplin yang berusaha menentukan
pengetahuan tentang masa lalu masyarakat umat Islam. Dilihat dari
karakteristiknya sebagai pengetahuan tentang masyarakat manusia, dengan
demikian pada dasarnya sejarah sejajar dengan ilmu pengetahuan sosial lainnya,
seperti: sosiologi, politik, antropologi dan psikologi. Kekhususan sejarah dibanding
dengan ilmu-ilmu tersebut, ialah sejarah membicarakan masyarakat itu dengan
senantiasa memperhatikan dimensi waktu (diakronis).
Berikut ini adalah beberapa
maanfaat yang kita dapat dengan mempelajari sejarah :
1) Untuk mengetahui sejarah perkembangan peradaban Islam.
2) Sebagai pelajaran untuk diterapkan di masa sekarang.
3) Peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad adalah
peradaban yang paling sempurna sehingga dapat kita jadikan pelajaran di masa
sekarang.
4) Untuk menyelidki dan mengetahui sejauh mana kemajuan
yang telah di capai oleh umat Islam terdahulu dalam lapangan peradaban.
5) Untuk menggali dan meninjau kembali factor – faktor
apa yang menyebabkan kemajuan islam dalam lapangan perdaban dan faktor apa pula
yag menyebabkan kemundurannya kemudian menjadi cermin bagi masa – masa
sesudahnya.
6) Untuk mengetahui dan membandingkan antara peradaban
yang dijiwai islam dengan peradaban yang lepas dari jiwa Islam.Mengetahui
sumbangan Islam dan umat Islam dalam lapangan peradaban umat manusia di muka
bumi.
2.2 Periodisasi Sejarah Peradaban Islam
Sejarah
Islam sekarang telah berjalan empat belas abad lamanya. Sebagai halnya sejarah
tiap ummat, sejarah islam dibagi ke dalam periode klasik, periode pertengahan,
dan periode modern. Dengan mengkaji periodesasi sejarah tersebut, setidanya
kita dapat melihat maju mundurnya ummat
islam yang terjadi dalam sejarah.
A. Periode Klasik (650-1250 M)
Periode
klasik ini merupakan zaman kemajuan yang dibagi dalam dua fase yaitu fase
ekspansi atau fase kemajuan dan fase
disintegrasi atau fase kemunduran.
Fase Kemajuan I (650 – 1000 M)
Masa ini merupakan masa ekspansi,
integrasi, dan keemasan islam. Dalam hal ekspansi, sebelum nabi Muhammad SAW
wafat di tahun 632 M, seluruh
semenanjung Arabia telah tunduk dibawah kekuasaan islamdan ekspansi ke
daerah-daerah di luar Arabia dimulai pada zaman Khalifah
pertama Abu Bakar As-Shiddiq.
1) Masa Kekhalifahan
Berikut ini adalah urutan para khalifah yang memimpin setelah Rasul wafat :
a) Abu Bakar al-Shidiq (634M/11H)
Abu
Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad. Ia adalah
salah seorang petinggi Mekkah dari suku Quraisy. Setelah memeluk
Islam namanya diganti oleh Muhammad menjadi Abu Bakar. Ia digelari Ash- Shiddiq yang berarti yang
terpercaya setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra'
Mi'raj.
Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar,
masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial,
budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar
berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia,
sebagian Jazirah Arab hingga
menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium.
Abu Bakar meninggal saat berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang
dialaminya.
Pada masa
kepemimpinannya, Khalifah Abu Bakar as-Siddiq melakukan beberapa usaha dan
mencapai beberapa prrestasi sebagai berikut
:
• Memerangi orang-orang yang murtad
& orang yg menolak membayar
zakat
• Mengirim pasukan dipimpin Usamah bin
Zayd ke Syiria (sebelumnya tertunda karena sakitnya nabi)
•
Mengumpulkan
Al-Qur’an dalam satu mushaf yang berserakan pada pelepah kurma, batu tipis,
tulang, dan lembaran kain atau kulit binatang.
b) Umar bin Khattab (644M/23H)
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat,
ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin
Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan
Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara
beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah
(pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin
(petinggi orang-orang yang beriman).
Di
zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu
kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara
Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke
Mesir di bawah pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin
Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M.
Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah
kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan
dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada
tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan
Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia,
Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Umar memerintah selama
sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian.
Dia dibunuh oleh seorang budak Persia yang bernama Abu
Lulu'ah yang beragama Zoroastrianisme (Majusi).
Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu
Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih
salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman,
Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin 'Auf. Setelah Umar
wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah,
melalui proses yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
Beberapa prestasi yang berhasil
diraih Umar bin Khatttab saat menjabat Khalifah adalah sebagai berikut :
•
Ekspansi
ke negeri Persia, Iraq, Palestina, Syiria hingga Mesir.
•
Membebaskan
wilayah jajahan dari Romawi
•
Menata administrasi dan keuangan
pemerintahan
•
Penetapan kalender Hijriah
c)
Usman
bin Affan (656M/35H)
Pada masa pemerintahan Utsman, Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan
Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama
12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas
dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang
sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari
Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk
islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa
keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah
bin Saba’ itu.
Beberapa prestasi menonjol yang yang
berhasil diraih Usman bin Affan adalah :
•
Menyusun
Al-Qur’an dalam satu bentuk bacaan yang sebelumnya memiliki banyak versi.
•
Memperluas
wilayah kekuasaan ke Turki, Siprus, Afrika Utara, Asia Tengah, Khurasan, dan
Balkh di Afghanistan.
•
Renovasi masjid nabawi
•
Pembentukan angkatan laut
•
Perluasan wilayah
d)
Ali
bin Abi Thalib (661M/40H)
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali
memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah
mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan
yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan
membunuh Khalifah Utsman.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat
Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama
masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit
pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki
jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman.
Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah
diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman
yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari
perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau
berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut
ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal
dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang
unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali
juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah,
yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan
kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair,
Thalhah dan Aisyah, serta Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan
sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin.
Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang
Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tetapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij,
orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu
Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada
barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan
Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat.
Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota
Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
2)
Masa Dinasti Umayyah
Peristiwa
terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan menebabkan perpecahan antara Mu’awiiyah
bin Abu Sufyan dengan Ali bin Abi Thalib yang menggantikan Usman bin Affan
sebagai khalifah. Kelompok Bani Umayyah merasa tidak puas terhadap kebijakan
Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam menangani kasus terbunuhnya Usman bin Affan.
Dinasti ini menggunakan sistem Pemerintahan Monarki Perselisihan
antara Ali bin Abi Tholib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi
perang Siffin, perang tersebut diakhiri dengan peristiwa arbitrase/ tahkim yang
menyebabkan munculnya kelompok Al Khawarij. Sepeninggal Ali bin Abi Tholib,
pemerintahan dilanjutkan oleh puteranya, Hasan bin Ali. Tetapi pemerintahannya
tidak berlangsung lama. Posisinya semakin lemah dan keinginannya untuk
mempersatukan umat Islam membuat ia menyerahkan pemerintahan kepada Muawiyah
bin Abu Sufyan.
Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abu Sufyan 41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Dinasti
ini berdiri selama 90 Tahuni. Selama
kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14 orang Khalifah, yaitu :
i.
Muawiyah Bin Abu Sufyan (Muawiyah 1) 661-680 M
ii.
Yazid Bin Muawiyah ( Yazid 1 ) 680-683 M
iii.
Muawiyah Bin Yazid ( Muawiyah II) 683-684 M
iv.
Marwan Bin Hakam ( Marwan I) 684-685 M
v.
Abdul Malik bin Marwan 685-705 M
vi.
Al-Walid Bin Abdul Malik (Al-Walid I) 705-715 M
vii.
Sulaiman Bin Abdul Malik 715-717 M
viii.
Umar Bin Abdul Aziz (Umar II) 717-720 M
ix.
Yazud Bin Abdul Malik (Yazid II) 720-724 M
x.
Hisyam Bin Abdul Malik 724-743 M
xi.
Al-Walid Bin Yazid (Al-Walid II) 743-744 M
xii.
Yazid Bin Al-Walid (Yazid III) 744 M
xiii.
Ibrahim Bin Al-Walid 744 M
xiv.
Marwan Bin Muhammad (Marwan II) 744-750 M
Pada masa
Dinasti Umayyah, ekspansi dan da’wah islam yang terhenti pada masa Khalifah
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Pada
masa itu, islam meliputi wilayah yang paling luas dalam sejarahnya,.
Seperti halnya bangsa-bangsa lain, umat islam pada masa itu juga mengalami
pasang surut.
Dalam
perkembangan islam pada masa Dinasti Umayyah, umat islam terpecah menjadi taiga
golongan besar yaitu golongan pendukung dinasti umayyah, golongan pendukung Ali
bn Abi Thalib (Syiah )dan golongan khawari
yaitu yang menentang Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abu sufyan
secara terang-terangan.
Dalam
menghadapi golongan yang menentangnya, Dinastii Umayyyah menggunakan cara
militer dan diplomasi. Pada masa khalifah Umar
bin Abdul Aziz, diplomasi politik dijalankan dengan sangat baik.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berhasil menggandeng golongan Syiah dan
golongan Khawarij sehingga pada masa itu
Dinasti Umayyah mencapai stabilitas yang tinggi. Hal itu terbukti dengan tidak
adanya gangguan keamanan yang berarti pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Keberhasilan
mengatasi gangguan-gangguan tersebut membbuka jalan bagi para khalifah Dinasti
Umayyah untuk memperluas wilayah. Sampai
pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, wilayah kekuasaan Dinasti
Umayyah sudah meliputi Afrika Utara,
Spanyol, Suriah, Palestina, Jazirah Arab, Irak, Asia Kecil, Persia, Afganistan,
Pakistan, dan Turkistan.
Selama masa
pemerintahan Dinasti Umayyah, ada beberapa faktor yang menyebabkan dan membawa kehancuran dinasti tersebut, antara
lain yaitu sistem pemerintahan khalifah memlalui garis keturunan merupakan hal
yang baru bagi tradisi arab yang lebih menekankan senioritas, semakin
meruncingnya peselisihan antara Banni Qays dan Bani Kalb yang sudah ada sejak
zaman sebelum islam, sikap hidup mewah
di kalangan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban
berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, kemudian hal yang paling utama penyebab keruntuhan dinasti
ini yaitu munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Al-Mutholib.
3)
Masa Dinasti Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
ibn Al-Abbas dan kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang,
dari tahun 132H/750M sampai dengan 656H/1258M. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahandan politik, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abas
menjadi lima periode, yaitu periode
pengarruh Persia I(132-232H), pengaruh
Turki I(232-334H), pengaruh Persia II(334-447H), pengaruh Turki II(447-590H),
dan periode nonpengaruh (590-656H).
Pada
periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara
politis, para khalifah
betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam
bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Fase
Disintegrasi (1000
– 1250 M)
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu,
provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa
Bani Abbas, dengan berbagai cara di antaranya pemberontakan yang dilakukan oleh
pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh. Disintegrasi
dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani Umayyah. Akan tetapi
berbicara tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan
antara pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah
kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya,
sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal
ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas.
Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol
dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir
yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam
kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah
itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan.
Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.
Masa
disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah
mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai
menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya adalah
kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin
roda pemerintahan.
Berakhirnya
kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal
dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di
bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam
berdiri. Ada di antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti
kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi
hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini
menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar
menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan
yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini awal babak
baru dalam sejarah Islam, yang
disebut masa pertengahan.
B.
Periode
Pertengahan (1250-1800 M)
Keadaan Islam mengalami kemajuan
kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumny (klasik), setelah
berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu:
i.
Ottoman
Empire ( Kerajaan Usmani di Turki)
Ottoman Empire ( Kerajaan Usmani di
Turki) didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani. Kerajaan yang
didirikan oleh Usmani ini selanjutnya memperluas wilayahnya ke bagian Benua
Eropa. Kerajaan Usmani untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara
yang kuat terutama dalam bidang militer. Dibangun pula Masjid-masjid Agung,
sekolah-sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian
umum dan di bidang keagamaan. Kerajaan Usmani sepeninggal Sultan Al Qanuni,
mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berbagai problema yaitu: Tidak dapat
menguasai wilayah yang luas, Kepemimpinannya lemah, Krisis ekonomi.
ii.
Safawi
Empire (Kerajaan Safawi di Persia)
Safawi Empire (Kerajaan Safawi di
Persia) Kerajaan Syafawi, mulanya adalah sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil (Azerbaijan). Tarekatnya bernama tarekat Safawiyah, nama ini diambil
dari nama pendirinya yang bernama Safi-Al Din dan nama Syafawi dilestarikan
setelah gerakannya berhasil mendirikan kerajaan. Jalan hidup yang ditempuh Al
Din adalah jalan sufi dan mengembangkan tasawuf Safawiyah menjadi gerakan
keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria dan Anatolia. Pengikut
tarekat Syafawiyah adalahtentara dan fanatik dalam kepercayaan dan menentang
keras terhadap orang selain Syiah. Masa keemasan kerajaan Syafawi terjadi pada
masa kepemimpinan Abbas I yaitu di bidang pilitik, ekonomi, ilmu pengetahuan
dan bidang pembangunan fisik dan seni. Kemajuan yang dicapainya membuat
kerajaan Syafawi menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang
diperhitungkan oleh lawan-lawannya terutama dibidang politik dan militer.
Setelah mengalami kejayaan, kerajaan Safawi tidak lama kemudian mengalami kemunduran
penyebabnya adalah antara lain: Kemerosotan moral para pemimpin kerajaan,
Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani dan Pasukan yang dibentuk
Raja Abbas I yaitu pasukan Ghulam tidak memiliki jiwa pratirotik.
iii.
Mughal
Empire (Kerajaan Mughal di India)
Mughal Empire (Kerajaan Mughal di
India) Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaan
besar Islam. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482- 1530).
Kemajuan – kemajuan kerajaan mughal diantaranya: • Di bidang Ekonomi,
mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. • Di bidang
seni dan budaya misalnya karya sastra gubahan penyair istana, penyair yang
terkenal yaitu Malik Muhammad Jayazi dengan karyanya padmavat (karya yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia), karya- karya arsitektur seperti
istana fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid Pada tahun 1858 M kerajaan
Mughal juga mengalami kemerosotan, penyebabnya antara lain: Kemerosotan moral
dan para pejabatnya bermewah-mewahan, Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya
sangat lemah dan Kekuatan mililernya juga lemah.
C.
Periode
Modern (1800-sekarang)
Periode ini dikenal sebagi era kebangkitan umat islam.
Kekalahan demi kakalahan tampaknya mulai menyadarkan dunia Islam bahwa dunia
Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi. Dari sinilah muncul ide-ide
pembaharuan yang bermaksud merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam
dengan tujuan membawa islam kepada kemajuan.
Jatuhnya mesir ke tangan barat menyadarkan
umat Islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan
merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan
cara untuk meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam. Pemikiran dan usaha
pembaruan antara lain sebagai berikut :
· Membangun kekuatan militer yang
lebih kuat, yaitu pada tahun 1734 M, dibuka sekolah teknik militer untuk
pertama kalinya.
· Dalam bidang non militer, pemikiran
dan usaha pembaruan dicetuskan oleh Ibrahim Mutafarrika (1670-1754 M). Ia
memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dan kemajuan barat kepada
masyarakat turki yang disertai pula oleh usaha penerjemahan buku-buku barat ke
dalam bahasa turki.
· Sarjana atau filsuf Islam yang
termasyur, baik didunia Islam atau barat ialah Ibnu Sina (1031 M) dan Ibnu
Rusyd (1198 M). Dalam bidang seni atau syair, penyair persia Umar Khayam (1031
M) dan penyair lirik Hafiz (1389 M) yang dijuluki Lisan Al Gaib atau suara dari
dunia gaib, sangat dikenal luas saat itu.
2.3 Hikmah Sejarah Peradaban Islam
Dalam mempelajari sejarah peradaban
islam dan perkembangannya, ada beberapa
hikmah yang dapat petik, diantaranya :
a. Merasa bangga dan mencintai kebudayaan Islam yang merupakan buah
karya kaum Muslimin masa lalu.
b.Berpartisipasi memelihara
peninggalan-peninggalan masa lalu dengan cara mempelajari dan mengambil manfaat
dari peninggalan-peninggalan tersebut.
c. Meneladani perilaku yang baik dari tokoh-tokoh terdahulu.
d.Mengambil pelajaran dari
berbagai keberhasilan dan kegagalan masa lalu.
e. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah
diraih umat terdahulu.
f. Menambah
ilmu pengetahuan akan kebudayaan islam. Dimana yang sebelumnya kita tidak tahu
kemudian menjadi tahu.
2.4 Gagasan Pembaharuan dalam Islam
Pembaharuan / Modernisasi dunia Islam adalah upaya untuk
menyesuaikan
paham keagamaan Islam dengan perkembangan yang ditimbulkan akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
Pembaharuan
islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau konsep asalnya
dipahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada
masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan aslinya.
Disini bukan perubahan yang terjadi, tetapi peragaman makna dan penafsiran.
Disamping itu, tajdid ini bisa berarti memperbaharui ingatan orang yang telah
melupakan ajaran agama islam yang benar, dengan memberi penjelasan dan
argumentasi-argumentasi baru sehingga meyakinkan orang yang tadinya ragu dan
meluruskan kekeliruan atau kesalahpahaman merekan yang keliru dan salah paham
Beberapa
tokoh yang berperan dalam gerakan pembaharuan islam diantaranya yaitu :
1.
Al-Tahtawi
Rifa’ah
Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran pembaharuan yang besar
pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke sembilan belas di Mesir. Dalam
gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, at-Tahtawi turut memainkan peranan. Diantara usaha pembaharuannya yaitu :
a.
Jika umat Islam ingin maju harus
belajar ilmu pengetahuan sebagaimana kemajuan yang terjadi Barat (Eropa). Untuk
itu umat Islam harus berani belajar dari Barat.
b.
Negara yang baik adalah Negara yang
pandai meningkatkan ekonomi rakyat, sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman
Fir’aun.
c.
Kekuasaan Raja sangat absolut,
sehingga perlu dibatasi oleh Undang-undang Syariat yang yang dipimpin oleh
majlis syura (ulama). Oleh karena antara Raja dengan ulama harus bisa berunding
untuk melaksanakan hukum syariat.
d.
Umat Islam harus menguasai bahasa
asing jika ingin maju di samping bahasa Arab. Bahasa Arab adalah berfungsi
untuk memahami al-Qur’an dan al-Hadits, bahasa asing berfungsi untuk
menerjemahkan dan memahami ilmu dan peradaban Barat.
e.
Ulama Islam harus memahami ilmu-ilmu
pengetahuan modern jika tidak ingin umat Islam ketinggalan.
f.
Umat Islam tidak boleh bersikap
fatalis (pasrah dengan keadaan) tanpa berusaha sekuat tenaga untuk mencapai
cita-cita.
2.
Jamaluddin Al-Afghani
Al-Afghani dikenal
sebagai orang yang menghabiskan hidupnya hanya demi kemajuan islam. Ia rela
beranjak dari suatu negara ke negara lainnya demi menyuarakan
pemikiran-pemikiran revolusionernya, tentunya demi mengangkat posisi dan
martabat Islam yang jauh tertinggal dari dunia barat. Di zamannya Islam berada
di bawah bayang-bayang imperialisme Barat. Kondisi masyarakat muslim yang jauh
dari Islam, menurutnya adalah salah satu penyebab utama kemunduran dunia Islam.
Fanatisme yang masih kental kala itu, belum lagi dengan tidak adanya rasa
persaudaraan di antara sesama muslim yang berkonsekwensi pada minimnya rasa
solidaritas menjadikan masyarakat muslim rentan terhadap perpecahan.
Dari
Mesir Al-Afghani pergi ke Paris dan di sini ia mendirikan perkumpulan
Al-’Urwah Al-Wusqa. Anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India,
Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Di antara tujuan yang hendak dicapai
ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam
kepada kemajuan.
3.
Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah
seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme
Islam. Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar,
Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan
pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa
di negara-negara Asia dan Afrika.
Dalam melakukan perbaikan
Muhammad Abduh memandang bahwa suatu perbaikan tidaklah selamanya datang
melalui revolusi atau cara serupa. Seperti halnya perubahan sesuatu secara
cepat dan drastis. Akan tetapi juga dilakukan melalui perbaikan metode
pemikiran pada umat islam. Melaui pendidikan, pembelajaran, dan perbaikan
akhlaq. Juga dengan pembentukan masyarakat yang berbudaya dan berfikir yang
bisa melakukan pembaharuan dalam agamanya. Sehingga akan tercipta rasa aman dan
keteguhan dalam menjalankan agama Islam. Muhammad Abduh menilai bahwa cara ini
akan membutuhkan waktu lebih panjang dan lebih rumit. Akan tetapi memberikan
dampak perbaikan yang lebih besar dibanding melalui politik dan perubahan
secara besar-besaran dalam mewujudkan suatu kebangkitan dan kemajuan.
4.
Rasyid Ridho
Rasyid
Ridha adalah murid Muhammad ‘Abduh yang terdekat. Rasyid
Ridha meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli.
Namun hubungan dengan al-Syaikh Hussein al-Jisr berjalan terus dan guru inilah
yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya ia banyak dipengaruhi
oleh ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad ‘Abduh melalui majalah al-Urwah
al-Wutsqa.Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan al-Afghani di
Istambul, tetapi niat itu tidak terwujud. Sewaktu Muhammad ‘Abduh berada dalam
pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog
dengan murid utama al-Afghani itu. Pemikiran-pemikiran pembaruan yang
diperolehnya dari al-Syaikh Hussain al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi
dengan ide-ide al-Afghani dan Muhammad ‘Abduh amat mempengaruhi jiwanya.
Beberapa bulan kemudian
ia mulai menerbitkan majalah yang termasyhur, al-Manar. Di
dalam nomor pertama dijelaskan bahwa tujuan al-Manar sama
dengan tujuan al-Urwah al-Wutsqa, antara lain, mengadakan
pembaruan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi, memberantas takhayyul dan
bid’ah-bid’ah yang masuk ke dalam tubuh Islam, menghilangkan faham fatalisme
yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta faham-faham salah yang dibawa
tarekat-tarekat tasawwuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap
permainan politik negara-negara Barat.
BAB III
PENUTUP
Dengan mengetahui dan mempelajari sejarah, setidaknya
cukup banyak memberi manfaat, diantaranya menjadi terlatih untuk menganalisa,
mempergunakan nalar dalam mengaitkan antara satu peristiwa dengan peristiwa
lain, mampu membaca peristiwa serta menginterpretasikannya. Bahkan juga dapat
meramaikan peristiwa yang akan terjadi dengan mengamati gejala-gejala yang
sedang terjadi, dengan mendasarkan pada peristiwa sejarah masa lalu.
Daftar
Pustaka
Anwarudin, Drs. M.A., dkk. 2008. Pendidikan Agama. Jakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Statistik.
https://jungmira02.wordpress.com/2016/06/10/tokoh-tokoh-pembaharu-islam/
Komentar
Posting Komentar