KONSEP DAN DEFINISI KEBUDAYAAN, INSTITUSI, ORGANISASI, DAN INSTITUSIONALISASI MENURUT PARA AHLI
KEBUDAYAAN,
INSTITUSI, ORGANISASI, DAN INSTITUSIONALISASI
Menurut
EB Taylor:
Keseluruhan
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tata cara,
kemampuan dan kebiasaan, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat
(pasif memperoleh apa yang sudah ada).
Menurut Leslie White
Kumpulan
gejala-gejala yang terorganisir yang terdiri dari tindakan-tindakan (pola
perilaku). Benda-benda (alat-alat), ide-ide (kepercayaan dan pengetahuan) dan
perasaan-perasaan (sikap dan nilai-nilai) yang semuanya itu tergantung pada
penggunaan symbol-simbol (simbuol dan konsep).
Menurut
Koentjaraningrat
Keseluruhan
gagasan dan karya manusia, yang dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi karya itu.
Kebudayaan: 1. Material: mesin tik, meja, etc.
2. Inmaterial: ide-ide,
nilai, noema, peraturan.
Institusi
(Pranata):
Pertama: bukan
gedung/bangunan yang di dalamnya berlangsung berbagai kegiatan.
Kedua: bukan
sekelompok orang tertentu.
Ketiga: bukan
organisasi besar.
Menurut
Horton dan Hun
Suatu
sistem hubungan sosial yang terorganisir yang memperlihatkan nilai-nilai dan prosedur-prosedur
bersama, dan yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu masyarakat.
-
Sistem hubungan yang
teratur/terorganisisr dan kumpulan adapt istiadat (Mores/kebiasaan yang
terdapat dalam suatu masyarakat.
-
Mores memiliki
nilai-nilai dan cara-cara berhubungan satu sama lain.
-
Hubungan sosial yang
teratur berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Contoh
Institusi: - keluarga - agama
- ekonomi - politik
- pendidikan - prestasi
Keluarga:
ada kebutuhan pokok - cinta kasih - sex
-
regenarasi - ekonomi - etc
Untuk
menikah perlu prosedur.
Institusionalisasi
(Pelembagaan) Ã Lembaga
Institusionalisasi:
Proses terbentuknya suatu institusi.
DKL:
Proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola, atau bagaimana suatu pola
perilaku yang sudah pasti danmapan itu terjadi.
Asal
Usul Institusionalisasi menurut “Berger”
Semua
kegiatan manusia tunduk pada habitualisasi (kebiasaan). Bila semua kegiatan
sudah tunduk pada pembiasaan, maka tindakan tersebut cenderung untuk diulang.
Bila tindakan tersebut diulang secara terus menerus tindakan itu akan memiliki
pola (patern) tertentu.
Contoh: Kebiasaan kita masing-masing di pagi
hari. Bila kebiasaan kita dianggap baik dan ditiru oleh banyak orang, maka
bentuk kebiasaan tersebut disebut “tipe”.
Proses
pembiasaan menjadi tipe yang berlaku untuk sekelompok orang disebut “tipifikasi”.
Contoh: Tipifikasi biasanya berupa slogan seperti:
1. “Mengolahragakan
masyarakat dan memasyarakatkan olahraga”.
2. Dua
anak lebih baik.
NILAI
DAN NORMA
Nilai: Gambaran
mengenai apa yang diinginkan yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi
perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu.
(Studi
filsafat khususnya etika, secara panjang lebar mengupas tentang nilai –nilai).
Nilai
erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat. Dan setiap masyarakat/setiap
kebudayaan memiliki nilai-nilai.
Menurut
Koentjaraningrat nilai/sistem nilai
budaya kita perlukan untuk pembangunan
1. Hakikat
hidup manusia (MH).
2. Hakikat
karya manusia (MK).
3. Hakikat
kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (MW).
4. Hakikat
manusia dengan alam sekitarnya (MA).
5. Hakikat
hubungan manusia dengan sesamanya (MM).
SISTEM
SOSIAL, ORGANISASI SOSIAL DAN STATUS
a. Sistem Sosial: Merupakan sejumlah kegiatan atau sejumlah
orang yang hubungan timbale baliknya kurang lebih bersifat konstan.
Contoh:
masyarakat, organisasi, dan keluarga.
-
Sistem sosial
diciptkan oleh manusia, dipertahankan, dan bahkan diubah dan digantikan oleh
manusia, selain itu sistem sosial juga mempengaruhi manusia.
-
Sistem sosial selalu
mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakannya dari lingkungan,
serta mempertahankan keseimbangan dari kegiatan-kegiatan yang memungkinkannya
terus bertahan dan beroperasi.
Contoh
konkrit:
Sepasang
muda mudi:
Mengembangkan
kegiatan untuk lebih saling mengasihi, mencintai agar tidak putus. Bila ada
konflik mereka berupaya untuk saling mengatasi. Bila ada salah paham mereka
segera memperbaiki.
Apa
beda sistem sosial dan konsep masyarakat:
Sama
(interchangeable) artinya istilah
yang satu dapat menggantikan istilah yang lain. Keduanya memiliki penekanan
yang sama: masyarakat, individu dan hubungan masyarakat.
Masyarakat
≠ kumpulan individu, masyarakat lebih dari hanya sekumpulan individu belaka,
masyarakat lain daripada sekedar elemen-elemen yang membentuknya.
Menurut
Durkheim:
Masyarakat
adalah fakta sosial sui generic (semacam gene/genus yang mandiri sifatnya,
tindak tunduk pada individu yang membentuknya).
b. Fungsi
Sosial dan Integrasi Sosial.
Sistem sosial: 1. Ada
sejumlah orang/kegiatan.
2. Orang/kegiatan
bersifat timbale balik.
3. Hubungan
bersigfat konstan.
Orang/kegiatan dalam sistem sosial disebut part/bagian elemen dalam sistem sosial
orang selalu dikaitkan dengan kegiatannya dan setiap orang/kegiatan dalam
sistem tersebut mempunyai “fungsi”, artinya bagian itu memainkan peranannya
sendiri dalam mempertahankan sistem itu.
Apabila setiap bagian dari suatu sistem
sosial mempunyai hubungan timbale balik yang pas dank arena itu membentuk
keseluruhan, maka keadaan itu disebut “Integrasi”.
Ada
keluarga dengan integrasi yang tinggi, sedang dan rendah. Keluarga dengan
integrasi yang rendah lebih mudah terancam perpecahan.
Contoh lain: (pengembangan teori integrasi
Durkeim).
Makin tinggi integrasi sosial, makin rendah
angka bunuh diri, atau makin rendah integrasi sosial makin tinggi angka bunuh
diri.
Faktor-faktor penyebab buhun diri:
-
diasingkan keluarga.
-
Putus cinta.
-
Isteri serong.
-
Suami nikah lagi.
-
Malu terhadap
keluarga.
(poin-poin
tersebut menunjukkan integrasi yang rendah)
Jenis
fungsi sosial
1. Manifesa:
jelas, terang, diketahui.
2. Latent:
tersembunyi, tak diketahui.
Ad.1. Fungsi diketahui oleh orang bertindak.
Contoh:
Fungsi orang tua: mendewasakan anak.
Ad.2. Fungsi yang tidak diketahui, orang yang
bertindak.
c. Kelompok
sosial, Kolektivitas Sosial dan Kategori sosial
Kelompok
sosial: Suatu sistem sosial yang terdiri
dari sejumlah orang yang berintegrasi satu sama lain dan terlihat dalam satu
kegiatan bersama.
(Titik
berat: ada interaksi/tatap muka dalam ruang dan waktu)
Dalam
kelompok terdapat perasaan solidaritas (kelompok) sosial, karena mereka
memiliki nilai-nilai yang sama dan adanya kewajiban moral untuk memenuhi
harapan-harapan peran, (roel expectations),
merupakan kriteria untuk “kolektivitas” (semua kelompok dan kolektivitas).
Contoh: Angkatan
66
Berbeda
dengan kelompok, kolektivitas.
Tidak
saling bertatap muka dalam ruang dan waktu.
Kategori Sosial: Karakteristik sosial yang dapat dilihat seperti:
Sex,
usia, pendapatan, jompo, wanita, miskin.
Jadi
kategori sosial tidak lama dengan kelompok sosial/kolektivitas sosial.
Orgaisasi
Sosial
Organisasi
sosial sistem sosial yang
1. Bersifat
langgeng.
2. Memiliki
indentitas sosial yang tegas (kartu anggota).
3. Memiliki
daftar anggota yang terperinci.
4. Memiliki
program kerja.
5. Memiliki
prosedur dalam penerimaan/pencopotan anggota.
Organisasi
terdiri dari formal dan non formal
Formal: -
memiliki daftar hukum/kekuatan hukum.
-
Ada
hak/kewajiban anggota.
“Semua
organisasi adalah masyarakat tetapi tidak semua mayarakat adalah organisasi”.
Besar
Organisasi
Orgaisasi
sosial dapat dibedakan menurut besar/kecilnya anggota.
a. Organisasi
kecil (maksimum 30 anggota).
b. Organisasi
sedang (maksimum 1.000 anggota).
c. Organisasi
besar (maksimum 50.000 anggota).
d. Organisasi
raksasa.
Catatan
jumlah anggota bersifat relatip.
Peta
Organisasi (Struktur Organisasi).
Peta Organisasi: Gambar yang menunjukkan posisi-posisi dalam suatu organisasi dan
interaksi yang ada digariskan terlebih dahulu antara posisi yang satu dengan
yang lain.
Contoh: lihat struktur organisasi STIS/BPS.
Status
1. Status
dilihat sebagai suatu tatanan (order)
hak dan kewajiban secara hierarkis dalam struktur formal suatu organisasi
(bersifat objective).
2. Status
yang dimiliki seseorang itu merupakan hasil dari penilaian orang lain terhadap
diri seseorang dengan siapa dia berhubungan (bersifat subjective).
Contoh
status sosial
A. 1.
High Class
2.
Midle Class
3. Lower Class
B.
1.
Kelompok elit
2.
Kelompok non elit
Kriteria
Penentuan Status
1. Karena
kelahiran/keturunan.
Seperti keturunan raja,
bangsawan, ras tertentu.
2. Karena
mutu pribadi.
Seperti
kebijaksanaan, usia lanjut, kuat, pandai, kelakuan baik, etc.
3.
Karena
prestasi (sukses dalam usaha).
4.
Karena
pemilikan harta.
5.
Karena
otoritas (kekuasaan sah/abash)
Contoh:
orang tunduk tanpa perlawanan, pejabat sangat dipatuhi.
Peran
(Rule)
Peran: Pola
perilaku yang diharapjkan dari seseorang yang memiliki status atau posisi
tertentu dalam organisasi. Dalam setiap peran ada hak dan kewajiban.
Contoh peran: -
Ketua STIS.
-
Bendahara Senat Mahasiswa.
-
Cleaning Service.
Kekuasaan dan Otoritas.
Menurut Max
Weber:
Kekuasaan: Kesempatan
yang ada pada seseorang atau sejumlah orang untuk melaksanakan kemauannya
sendiri dalam suatu tindakan sosial, meskipun mendapat tantangan dari pihak
lain yang terlibat dalam tindakanini.
Kekuasaan
merupakan “Gajala Sosial” dan senantiasa tampak dalam setiap hubungan atau
interaksi.
Hal-Hal
yang Menunjang Kekuasaan
Asset
(milik)/modal seseorang seperti uang, barang berharga, kekuatan fisik,
pengetahuan (kekuasaan potensial).
3
(tiga) jenis kekuasaan.
1. Utilitarian (Utilis dan Berguna).
Sifat
yang menekankan pada kegunaan dari sesuatu kekuasaan ini banyak ditunjang oleh
asst ekonomi DKL. Kekuasaan utilitarian muncul akibat asset utilitarian apabila
asset tersebut digunakan oleh yang memilikinya.
Contoh:
Penyuapan.
2. Koersif
(memaksa).
Assetnya:
senjata, tenaga danfisik.
Khususnya oleh TNI/POLRI.
3. Persuasif.
Assetnya:
nilai, perasaan, kepercayaan yang ada dalam suatu masyarakat.
Otoritas (menurut Max Weber.
Otoritas: Kemungkinan
perintah-perintah tertentu (semua perintah) yang datang dari sumber-sumber
tertentu akan ditaati oleh sekelompok orang tertentu.
Dalam Otoritas: “Perlawanan tidak ada lagi” yang ada hanyalah “Ketaatan” atau
“Kepatuhan” (dalam kekuasaan ada perlawanan).
Jenis Otoritas
1. Tradisional
2. Legal
Rasional
3. Karismatik
Ad.1. Otoritas
Tradional didasarkan pada suatu kepercayaan yang sudah mapan akan kekudusan
tradisi. Tradisi zaman dulu dan legitimasi status mereka yang menggunakan
otoritas yang di milikinya.
Contoh:
Kenapa kita patuh pada Kepala Desa?
Jawab:
Ayah kami, kakek dan nenek kami juga berbuat demikian.
Jenis
Otoritas Tradisional
a. Gerontokrasi
(berada dalam tangan orang tua).
b. Patriarkalisme
(berada dalam tangan satuan kerabatan).
c. Patrimonialisme
(berada dalam tangan staf administrasi yang mempunyai hubungan pribadi dengan
pimpinannya).
Ad.2. Otoritas
legal rasional didasarkan pada komitmen atau seperangkat peraturan yang
diungkapkan secara resmi dan diatur secara impeesonal.
Ad.3. Otoritas
Karosmatik didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki seseorang pemimpin
sebagai seorang pribadi.
Dari
mutu ini ia menjadi orang yang istimewa dan diperlakukan sebagai orang yang
dianugrahkan dengan kekuasaan/mutu yang bersifat supernatural luas biasa dan
sangat istimewa.
Dari
ketiga jenis otoritas di atas, kita dapat mengelompokkannya menjadi 2 bagian
berdasarkan hubungan pribadi.

Otoritas
Karosmatik hubungan personal
2. Otoritas
Legal Rasional: Ketaatan didasarkan
pada posisi orang tersebut/bukan orangnya hubungan impersonal bila melawan
…saksi.
Komentar
Posting Komentar