SEJARAH BAHASA INDONESIA


A.    Sejarah Bahasa Indonesia
Kira-kira 25 abad yang lampau terdapat  sebuah kelompok bangsa yang menempati daratan di tengah-tengah Benua Asia, diperkirakan di sekitar Taiwan. Mereka merupakan penutur bahasa Austria. Setelah beberapa waktu, sebagian dari mereka berpencar pindah menuju selatan sehingga tersebar menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok ini pun mengalami perkembangan terutama dari segi kebudayaannya, termasuk dalam berbahasa, meskipun kebudayaan asli masih tetap melekat dalam diri mereka.
                Menurut perkembangannya, akhirnya bahasa  Austria pun  terpecah menjadi dua kelompok, yakni rumpun bahasa Austro-Asia dan bahasa Austronesia (Melayu Polenesia). Bahasa-bahasa  yang termasuk rumpun Austro-Asia, yaitu bahasa Munda, Santali, Mon-Khemer di India, serta bahasa Semang dan Sakai  di Malaka. Rumpun bahasa Austronesia yang memiliki batas wilayah barat, yaitu Pulau Madagaskar. Adapun yang memiliki batas timur, yaitu Pulau Paas, sedangkan batas utara, yaitu Pulau Formosa; batas selatan, yaitu Pulau Selandia Baru. Dalam hal ini bahasa Indonesia dipercayai sebagai bahasa Melayu. Dengan demikian, dapat dikatakan  bahwa bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia/Melayu Polenesia.
Dalam Perkembangan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, diungkapkan bahwa bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang sangat signifikan, baik dari segi jumlah pengguna bahasanya, maupun dari segi sistem tata bahasa dan kosakata serta maknanya. Sekarang ini terlihat bahwa bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang mulai digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia, tetapi juga di banyak Negara. Bahkan, keberhasilan Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi muda telah dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komunikasi antarwarga negara Indonesia. Untuk itu, mahasiswa perlu disadarkan akan kenyataan ini sehingga semakin ditumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaannya terhadap bahasa nasional.
Mahasiswa diharapkan dapat ditingkatkan atau ditumbuhkembangkan lagi rasa kesadarannya akan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan sebagai bahasa nasional, dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa lingua franca yang berpotensi untuk mempersatukan seluruh bangsa dan masyarakat Indonesia.
Seperti yang telah diketahui bahwa bahasa Indonesia yang dipakai sekarang ini berasal dari bahasa Melayu, suatu bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. Sudah berabad-abad, bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan di antara penduduk Indonesia yang mempunyai bahasa yang berbeda. Bangsa asing yang datang ke Indonesia juga memakai bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan penduduk setempat. Prasasti yang tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf pallawa berasal dari abad ke-7. Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 atau sebelumnya membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Tradisi penulisan bahasa Melayu dengan huruf Arab atau dikenal dengan tulisan Jawi ini masih berlangsung sampai abad ke-19.
Kehidupan bahasa melayu selain dipakai sebagai lingua franca di Indonesia ada pula pengaruhnya dari bahasa lain, yaitu bahasa asing. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang sangat banyak memberikan tambahan perbendaharaan bahasa Melayu. Selain bahasa Arab, bahasa yang banyak memberikan tambahan kosakata terhadap bahasa Melayu ialah bahasa Portugis. Bahkan, bahasa Portugis pernah menjadi lingua franca di daerah Melayu. Bahasa yang juga mempengaruhi dan memperkaya perbendaharaan kata bahasa Melayu selain bahasa Arab dan Portugis ialah bahasa Sansekerta, bahasa Tamil, dan bahasa Cina. Jadi, bahasa Melayu yang ditetapkan menjadi dasar bahasa Indonesia juga telah diperkaya dengan bahasa lain. Hal ini dapat terjadi karena bahasa Melayu telah dipakai sebagai bahasa perdagangan oleh berbagai pedagang dari berbagai negara tersebut.
Pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina yang hendak membeli dan menjual kain arab, sutera cina, kipas tiongkok, dan sebagainya harus melewati Bandar Malaka di Selat Malaka. Pada akhirnya, bahasa Melayu menjadi bahasa perdagangan, bahasa ekonomi di Nusantara. Dengan kata lain, bahasa Melayu sudah menjadi milik orang di Nusantara, terutama bagi orang-orang yang berada di kota-kota besar, kota-kota di sepanjang pantai Nusantara, kota-kota yang terlibat dengan perdagangan tersebut. Proses tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan bersifat alami. Oleh sebab itu, pada saat bangsa memerlukan sebuah bahasa sebagai bahasa persatuan yang dapat dijadikan sebagai alat komunikasi secara nasional, penunjukan bahasa Melayu disetujui secara aklamasi. Bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, atau bahasa Batak yang jumlah pendukungnya jauh lebih besar daripada jumlah pendukung bahasa Melayu, dengan rela dan senang hati menerima keputusan tersebut.
Bahasa Indonesia yang pasca awalnya berfungsi sebagai bahasa penghubung (lingua frangca) dari waktu ke waktu mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia menjadi suatu bahasa persatuan, yang pada akhirnya berkedudukan sebagai bahasa negara dan bahasa nasional. Perubahan yang dialami oleh bahasa Indonesia tidak hanya pada kedudukan dan fungsinya, tetapi juga terjadi pada perkembangan kosa kata dan istilah yang dialami oleh bahasa Indonesia dan merupakan suatu proses perubahan yang amat pesat. Beratus-ratus tahun bahasa Melayu, sebagai dasar bahasa Indonesia, yang berfungsi sebagai lingua franca di Nusantara hidup dengan kosa kata yang berkembang secara lambat. Proses perkembangan bahasa Melayu, sebelum menjadi bahasa Indonesia, dalam mencapai sebarannya ke seluruh Nusantara, merupakan proses alami yang tidak dipaksakan oleh suatu etnis tertentu.
Berdasarkan berbagai petunjuk, pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu sudah sangat berfungsi. Fungsi tersebut dapat diuraikan  sebagai berikut.
1.       Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.
2.       Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra.
3.       Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa penghubung antarsuku bangsa yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.
4.       Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan di kerajaan tersebut.  (Amran Tasai, 2009: 2.3)
Selain rasa kerelaan berbagai bahasa di daerah, terutama bahasa Jawa, Sunda, Minangkabau, dan Batak, yang pada waktu itu cukup banyak penggunanya, menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, ada beberapa kekuatan yang dimiliki oleh bahasa Melayu, yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Kekuatan tersebut dapat diuraikan berikut ini.
1.       Bahasa Melayu sudah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
2.       Sistem bahasa Melayu lebih sederhana, mudah dipelajari, karena dalam bahasa tersebut tidak ada tingkatan bahasanya atau perbedaan bahasa kasar dan halus seperti bahasa Jawa dan Sunda.
3.       Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai sebagai bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda tidak mau menyebarkan pemakaian bahasa Belanda pada  penduduk pribumi. Hanya sekelompok orang kecil di Indonesia yang dapat berbahasa Belanda. Dengan demikian, komunikasi di antara pemerintah dan penduduk Indonesia yang berbeda bahasanya sebagian besar dilakukan dengan bahasa Melayu. Selama masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat kabar yang ditulis dengan bahasa Melayu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UJI NYALA API UNSUR ALKALI DAN ALKALI TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ELEKTROLISIS LARUTAN KI

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UJI MAKANAN